Sabtu, 19 Desember 2009

Pantai Wediombo

Setelah dari Pantai Siung, kita bisa lanjut ke Wediombo. jaraknya ga begitu jauh. Jalan sudah mulus (diaspal). Pantai ini mempunyai bebatuan yang banyak, tapi  bentuknya berbeda dengan Pantai Krakal. Waktu kami lanjut ke sini dari Pantai Siung, sebenarnya sedang nyoba modus otomatis kamera, wekkkkekk....Jadilah hasil jepretan sebagai berikut :

tepi pantai, pasirnya putih dan lumayan kalau untuk gelar tikar ..

Lalu masang tripot, atur fokus, cari tombol otomatis (namanya juga katrok, pemula banget soal kamera). dan klik, serrrrr, larii....narsis, ha...ha...ha..

beberapa sudut pantai seprti ini..


Kamis, 17 Desember 2009

Pantai Siung, Gunung Kidul Yogyakarta

Lagi sebuah pantai di sekitar Yogya yang kabarnya sering untuk olah raga panjat tebing. Namanya pantai Siung. Jalan menuju kesana sudah mulus, apalagi sudah musim hujan, jadi pemandangan kiri-kanan hijau sejuk, tak ada bekas-bekas kegersangan. Padahal wilyah ini beberapa waktu lalu saat musim kemarau tampak betul kena efek El-nino. Gersang, merangas.

disebelah timur ada bukit yang kita bisa naik,

Naiknya lewat sini...

trus ada tempat menjorok ke laut, bikin singunen, kayak wot ogal-agil kalo kita naik Merbabu..

Singunen tenan...

Setelah dari sini, kita bisa lanjut ke pantai Wediombo. Jalannya juga sudah bagus..

Jembatan Barelang, Batam

Pada suatu tugas kantor akhir tahun ini, kami harus pergi ke Batam. Nah, disaat break ku sempatkan hunting foto skitar Batam, eh tahunya ada tempat-tempat bagus lho...Salah satu diantaranya adalah Jembatan Barelang yang anginnya buaaanyaaak sekali. Sampe susah mo foto ga goyang. 
Tiang pancangnya sudah tampak dari jalan menuju ke sana
Ada penjual jagung bakar, dekat jembatan. Kita bisa kongkow-kongkow disitu sambil ngunyah jagung yang masih muda dan maniss..
dari sini sebetulnya bisa hunting sunset, sayang kami harus cepat kembali ke tempat tugas...
View malam dari sebuah hotel di Batam, juga lumayan..

Rabu, 16 Desember 2009

Kawah Candradimuka, Dieng plateau

Dari tepi jalan aspal, tempat mobil mungkin di parkir, kita perlu jalan naik sekitar 2 km melalui jalan berbatu, untuk menuju ke kawah Candradimuka. Sepanjang perjalanan tampak bukit-bukit yang bahkan sampai puncak-puncaknya dan sudut-sudut lerengnya ditanami sayur-sayuran.

Kawahnya ada di bawah sana, jadi mesti turun. Uap kawah yang naik sampai ke permukaan tanah jalan, dan makin membumbung atau nyebar sesuai arah angin.

Kalau turun mendekat kekawah yang juga menyemburkan lumpur hangat, seperti ini :

Dieng Plateau

Dari beberapa blog dikabarkan, bahwa ada gunung Pananjakannya Bromo di Jawa Tengah, yaitu gunung Sikunir yang terletak di kawasan Dieng, Wonosobo. Maka walaupun sudah bulan November, kami nekat ke sana. Sedikit pesimis memang, soalnya sudah masuk musim hujan, bisa dibayangkan bagaimana daerah pegunungan...pasti berkabut, dan belum tentu bisa hunting sunrise yang kabarnya ada 2 macam : golden dan silver. Benar saja, masuk daerah Wonosobo hujan lebat, sampai-sampai pandangan ke depan sangat terbatas. Untungnya beberapa waktu kemudian hujan reda. Jalanan makin menanjak, sempit, berkelok, tapi sudah diaspal bagus. Dari kejauhan separo pegunungan nampak diselimuti kabut yang bagaikan kepulan asap. Sungguh sebuah negeri atas awan. Di puncak-puncak bukit nun jauh tampak desa-desa, imajinasiku langsung ke Kye Gompa. Suasana mistik makin terasa ketika makin masuk area Dieng, apalagi senja makin berlalu.

Langsung masuk kepenginapan Bu Djono yang sering disebut di blog juga. Konon penginapan ini merupakan penginapan tertua di kawasan Dieng. Melihat kondisinya, aku setuju kalau penginapan ini memang backpacker banget. Tapi nasi gorengnya terasa unik dan porsinya lumayan besar. Nah, tentang porsi yang besar, belum pernah kubaca di blog, jadi waktu kami pesan untuk dua orang masing-masing satu porsi, wuaah kenyang banget.

Di luar makin gelap, ada hujan rintik-rintik dan penunjuk ketinggian mencatat tempat ini berada pada ketinggian 2093 dpl. Selesai makan, kami langsung naik untuk tidur, mengingat besok pagi skitar pukul 03.30 janji dibangunin sama pemandu yang mau mengantar ke puncak Sikunir. Ternyata semalaman entah kenapa ku gak bisa tidur sekejappun. Pagi-pagi seperti yang dijanjikan kami siap-siap turun (kamar ada di lantai dua yang jendelanya langsung menghadap komplek candi Arjuna). Sudah ada teh hangat dan tawaran air panas untuk mandi. Tapi kami memilih waterproof, toh mau tracking dan kayaknya di luar masih gerimis. Bersama pemandu kami berangkat dengan mobil pribadi sampai tempat parkir yang masih gelap tapi sudah ada mas-mas yang menyambut kendaraan kami untuk diatur parkirnya. Wah, kita apresiasi betul sama mas ini yang begitu setia pada tugasnya, walopun mobil yang datang baru satu yaitu kami, toh dia tetap berjaga diantara gerimis dan gelap pagi yang dinginnya minta ampun. Terus jalan naik menuju puncak Sikunir. Gak seperti Pananjakan yang terang benderang dan jalan yang sudah di paving blok, kalo ini mah, masih alami, belum dikelola maksimal gitu. View dari puncak Sikunir di bulan November tampak seperti ini ;

Sebentar kemudian, kabut turun...

Masih dari puncak Sikunir, kami mejeng dengan latar seperti gunung Batoknya Bromo...

karena kabut makin tebal, kami turun, dan dibawah baru ketahuan kalo dikaki Sikunir ini ada danau yang tepinya terdapat desa yang konon tertinggi di Jawa..

Pukul 06.30, kami kembali kepenginapan untuk sarapan sebelum melanjutkan perjalanan kami ke kawah Candradimuka, kawah Jalatunda, Kompleks candi-candi, dan Telaga Warna. Beberapa kawah kami lewati, karena dulu pernah ke sana beberapa kali.

Mie godhok ala Dieng untuk sarapan suami. Saya pilih yang goreng. Porsinya besar-besar juga..wah.