Dari beberapa blog dikabarkan, bahwa ada gunung Pananjakannya Bromo di Jawa Tengah, yaitu gunung Sikunir yang terletak di kawasan Dieng, Wonosobo. Maka walaupun sudah bulan November, kami nekat ke sana. Sedikit pesimis memang, soalnya sudah masuk musim hujan, bisa dibayangkan bagaimana daerah pegunungan...pasti berkabut, dan belum tentu bisa hunting sunrise yang kabarnya ada 2 macam : golden dan silver. Benar saja, masuk daerah Wonosobo hujan lebat, sampai-sampai pandangan ke depan sangat terbatas. Untungnya beberapa waktu kemudian hujan reda. Jalanan makin menanjak, sempit, berkelok, tapi sudah diaspal bagus. Dari kejauhan separo pegunungan nampak diselimuti kabut yang bagaikan kepulan asap. Sungguh sebuah negeri atas awan. Di puncak-puncak bukit nun jauh tampak desa-desa, imajinasiku langsung ke Kye Gompa. Suasana mistik makin terasa ketika makin masuk area Dieng, apalagi senja makin berlalu.
Langsung masuk kepenginapan Bu Djono yang sering disebut di blog juga. Konon penginapan ini merupakan penginapan tertua di kawasan Dieng. Melihat kondisinya, aku setuju kalau penginapan ini memang backpacker banget. Tapi nasi gorengnya terasa unik dan porsinya lumayan besar. Nah, tentang porsi yang besar, belum pernah kubaca di blog, jadi waktu kami pesan untuk dua orang masing-masing satu porsi, wuaah kenyang banget.
Di luar makin gelap, ada hujan rintik-rintik dan penunjuk ketinggian mencatat tempat ini berada pada ketinggian 2093 dpl. Selesai makan, kami langsung naik untuk tidur, mengingat besok pagi skitar pukul 03.30 janji dibangunin sama pemandu yang mau mengantar ke puncak Sikunir. Ternyata semalaman entah kenapa ku gak bisa tidur sekejappun. Pagi-pagi seperti yang dijanjikan kami siap-siap turun (kamar ada di lantai dua yang jendelanya langsung menghadap komplek candi Arjuna). Sudah ada teh hangat dan tawaran air panas untuk mandi. Tapi kami memilih waterproof, toh mau tracking dan kayaknya di luar masih gerimis. Bersama pemandu kami berangkat dengan mobil pribadi sampai tempat parkir yang masih gelap tapi sudah ada mas-mas yang menyambut kendaraan kami untuk diatur parkirnya. Wah, kita apresiasi betul sama mas ini yang begitu setia pada tugasnya, walopun mobil yang datang baru satu yaitu kami, toh dia tetap berjaga diantara gerimis dan gelap pagi yang dinginnya minta ampun. Terus jalan naik menuju puncak Sikunir. Gak seperti Pananjakan yang terang benderang dan jalan yang sudah di paving blok, kalo ini mah, masih alami, belum dikelola maksimal gitu. View dari puncak Sikunir di bulan November tampak seperti ini ;
Sebentar kemudian, kabut turun...
Masih dari puncak Sikunir, kami mejeng dengan latar seperti gunung Batoknya Bromo...
karena kabut makin tebal, kami turun, dan dibawah baru ketahuan kalo dikaki Sikunir ini ada danau yang tepinya terdapat desa yang konon tertinggi di Jawa..
Pukul 06.30, kami kembali kepenginapan untuk sarapan sebelum melanjutkan perjalanan kami ke kawah Candradimuka, kawah Jalatunda, Kompleks candi-candi, dan Telaga Warna. Beberapa kawah kami lewati, karena dulu pernah ke sana beberapa kali.
Mie godhok ala Dieng untuk sarapan suami. Saya pilih yang goreng. Porsinya besar-besar juga..wah.