Selasa, 04 Agustus 2009

menanti fajar di puncak pananjakan

Medio juli 2009, akhirnya kami kesampaian pergi ke Bromo. Berangkat Sabtu, sudah sore karena nunggu anak semata wayang yang sedang inisiasi masuk sekolah baru. Toh dia gak mau ikut. Mampir Puhsarang, mendoakan semua orang yang minta didoakan dan harus didoakan. Juga untuk perdamaian dunia. Untung masih ada penginapan yang bisa nampung kami walaupun hanya semalam. Mbah Kung nama penginapannya, gampang sekali diakses ketika kami datang sudah larut.


Paginya menuju kota Malang, rencananya mampir di argowisata dan JatimPark. Tapi apel tak berbuah, dan jeruk masih kecil. Hanya dapat petik buah strawbery.
Berpegang pada informasi dari beberapa blog, dan peta wisata Jatim, kami menyusuri jalan yang begitu jelas. Termasuk pilihan makan siang dan penginapan waktu sampai di Malang.

Sore hari sempat misa di Kathedral yang pada peta wisata kota Malang dicantumkan sebagai The old Catholic Church. Wah, bangunannya tinggi banget, ingin ambil foto sampai puncak-puncak menaranya walaupun dengan baring, tetap gak bisa.


Di penginapan, sempat terlelap sebentar. Jam 12 malam kami dijemput dari Travel&Tour yang sudah kami kontak sebelumnya,untuk menuju puncak Pananjakan. Jalanan sepi, berkelok, tapi cukup halus. smakin mendekati Tosari,tampak lampu-lampu berjajar di lereng-lereng perbukitan. Skitar pukul setengah tigaan, kami sampai di Penanjakan. Berrr, wuaah.. dingin banget. Ada beberapa anak muda yang datang duluan, main gitar. Lagu-lagunya ngerock, lucu, karena syairnya di pleset-plesetkan. Ada sekelompok orang mengelilingi api unggun, berdiang menghangatkan badan. Eh, aku numpang saja, dan terkejut : lho kok ada kaki bayi terjulur dibawah selimut, disamping orang-orang yang mengelilingi api. Ternyata dia anak dari antara kita yang berdiang itu. Wah hebat betul, bayi juga ada yang sampai sini ya.

Makin lama makin banyak pengunjung. Penuh sekali. Banyak bangsa, banyak bahasa. Semua menanti fajar di puncak Pananjakan ini, suhu dingin sekali, tapi kata suamiku belum dibawah 10 derajat C. Bulan masih sepotong, tripot-tripot sudah ditancapkan dan gak mau geser sedikitpun. Kamera-kamera mulai diarahkan ke arah yang kami duga matahari akan terbit (habis, sekitar masih gelap sekali sih). E..e... ada sekelompok orang muda dengan bahasa Korea(kalo gak salah) melolos pagar, tancapkan tripot, padahal dibalik semak itu sudah jurang lho. Wah, sakti amat dia.


Puncak Pananjakan menjelang sunrise.


Ketika fajar merekah...


to be continued




3 komentar:

  1. kapan-kapan kalau mau ke bromo ajakin anak-nak akbid dong bu..bromonya bagus banget jadi ngiri,,,dulu sih pas SMA mau ke sana tapi katrena keadaan bromo yang tidak memungkinkan akhirnya pada milih ke BALI...tapi bali juga bagus...o iya kalau besok mau ke belitong jangan lupa oleh2nya,,,,I Love You full....

    BalasHapus
  2. ok. bagaimana klo ke Lombok dulu?... I love you full, too..ha..ha..ha..

    BalasHapus
  3. yup, lombok, lo kok jadi kelupaan, kayanya musti dimasukkan ke master planning. hehehehe
    Bromo, Lombok, and Pacitan (Goa Gong and pantainya yang bagus banget), fitri kudu sukses ni, supaya bisa jalan2 keliling indonesia, n keluar negeri. Travelling is part of my heart :>

    BalasHapus